Ayat Inti : “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan kamu.” Imamat 20:7-8 {ITB}

Adam dan Hawa berani untuk melanggar perintah Tuhan, dan akibat yang mengerikan dari dosa mereka haruslah menjadi sebuah peringatan bagi kita untuk tidak mengikuti contoh ketidakpenurutan mereka. Tidak ada pengudusan yang sejati kecuali melalui penurutan kepada kebenaran. Orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka akan mengasihi semua perintah-Nya juga. Hati yang dikuduskan itu selaras dengan perintah-perintah dari hukum Tuhan; karena perintah-perintah itu kudus, benar, dan baik.

Tidak ada seorang pun yang benar-benar mengasihi dan takut akan Tuhan akan terus-menerus melanggar hukum Tuhan dalam bentuk apapun. Ketika manusia melakukan pelanggaran, ia berada di bawah kutukan hukum, dan hal itu menjadi kuk perbudakan baginya. Apapun upaya yang ia lakukan, ia tidak akan dibenarkan, yang berarti diampuni.

“Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa.” Mazmur 19:8. Melalui penurutan datanglah pengudusan tubuh, jiwa, dan roh. Pengudusan ini adalah pekerjaan yang selalu bergerak maju, dan selalu meningkat dari satu tahap kesempurnaan ke tahap berikutnya.

Biarlah iman yang hidup mengalir seperti benang-benang emas melalui pekerjaan yang paling kecil sekalipun. Dengan begitu, semua pekerjaan sehari-hari akan memajukan pertumbuhan Kristiani. Kita akan selalu melihat kepada Yesus. Kasih kepada-Nya akan memberikan kekuatan untuk segala usaha yang dilakukan. Demikianlah melalui penggunaan talenta kita dengan benar, kita dapat menghubungkan diri kita dengan sebuah rantai emas kepada dunia yang lebih tinggi. Ini adalah pengudusan yang sejati, karena pengudusan itu adalah pekerjaan yang dilakukan dengan girang untuk melaksanakan tanggung jawab sehari-hari dalam penurutan yang sempurna kepada kehendak Tuhan.

Ketika hati menurut kepada Tuhan, dan ketika upaya dilakukan untuk tujuan ini, Yesus menerima kecenderungan dan upaya ini sebagai pelayanan yang terbaik dari manusia, dan Ia melengkapi kekurangan manusia dengan keunggulan-Nya yang ilahi.