Ayat Inti : “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” Mazmur 141:3 {ITB}

Di dalam percakapan, sepertinya tidak ada kesalahan yang lebih mudah dilakukan oleh orang dewasa dan orang muda tanpa mereka sendiri sadari selain perkataan yang gegabah dan tidak sabar. Mereka berpikir bahwa ada alasan yang cukup sebagai pembelaan, “Aku kelepasan bicara, dan tidak benar-benar bermaksud mengatakan hal itu.” Tetapi Firman Tuhan tidak memperlakukan hal itu secara enteng.

Bagian terbesar dari gangguan dalam kehidupan, sakit hati dan kejengkelan, disebabkan oleh karena perangai yang tidak terkendali. Dalam satu kesempatan, oleh karena perkataan yang gegabah, penuh dengan nafsu, dan ceroboh, akan ditimbulkan kejahatan yang mungkin tidak bisa diperbaiki oleh penyesalan seumur hidup. Oh, hati menjadi remuk, sahabat menjauh, dan kehidupan menjadi rusak oleh karena perkataan yang kasar dan gegabah yang diucapkan oleh mereka yang seharusnya bisa menolong dan menyembuhkan! Dengan kekuatannya sendiri, manusia tidak bisa memerintah rohnya. Tetapi melalui Kristus, dia bisa memperoleh pengendalian diri.

Keteguhan yang sama dan pengendalian diri yang bebas dari emosi diperlukan untuk mendisiplinkan setiap keluarga. Katakanlah apa yang engkau maksudkan dengan tenang, bergeraklah dengan pertimbangan, dan lakukanlah apa yang engkau katakan tanpa menyimpang. Jangan pernah biarkan alismu mengerut atau mulutmu kelepasan mengatakan ucapan kasar. Tuhan menuliskan semua perkataan ini dalam buku catatan-Nya.

Pekerjaan yang terlalu banyak terkadang menyebabkan hilangnya pengendalian diri. Tetapi Tuhan tidak pernah memaksakan pergerakan yang tergesa-gesa dan rumit. Banyak orang menaruh beban pada diri mereka sendiri yang sebenarnya tidak diberikan oleh Bapa surgawi yang penuh dengan belas kasihan. Dia tidak pernah memberikan tugas-tugas bagi mereka untuk dilakukan secara berkejar-kejaran dengan liar. Tuhan menghendaki supaya kita menyadari bahwa kita tidak memuliakan nama-Nya ketika kita memikul beban yang terlalu banyak untuk dikerjakan dan, dengan hati dan otak yang lelah, akhirnya menjadi jengkel dan resah dan suka mengomel. Kita hanya harus memikul tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita saja, dan mempercayai-Nya, dan dengan demikian menjaga hati kita tetap murni, manis dan bersimpati.