Ayat Inti : “Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu’. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” Lukas 4:27-30 {ITB}

Saya pernah menyampaikan khotbah yang tidak disukai beberapa orang. Tetapi saya tidak pernah menghadapi reaksi seperti yang dialami Yesus ketika Dia berbicara kepada orang-orang sekampung halaman-Nya. Yang cukup menarik, tanggapan awal mereka positif dan mendukung. “Khotbah hebat!” Padahal, Dia cuma anak laki-laki Yusuf. Dan “semua orang membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya” (Luk. 4:22).

Yesus sesungguhnya bisa saja menjadi pahlawan di hari itu andaikan Dia berhenti tepat di situ dan membiarkan orang banyak meneruskan dan melanjutkan pujian mereka mengenai Dia, dan bagaimana mereka bangga bahwa Dia produk kampung halaman mereka.

Tetapi Yesus harus menjadi Yesus. Mereka menginginkan penyembuhan-penyembuhan seperti yang sudah terjadi di Kapernaun. Tetapi Dia memiliki sesuatu yang mereka perlu dengar, sementara itu Dia sudah tahu bahwa apa yang dikatakan-Nya yang mengakibatkan Dia diusir: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu” (ayat 24-27).

Karena perkataan itu, mereka putuskan untuk membunuh Dia (ayat 28, 29). Mengapa? Karena Dia mengkhotbahkan sesuatu yang tak ingin mereka dengar. Kedua ilustrasi-Nya menggangkat kasih karunia yang menyelamatkan dari Allah bagi kaum bukan Yahudi. Secara Alkitabiah Dia benar, tapi bagi mereka tidak ada perbedaannya. Mereka sangat marah untuk membunuh-Nya.

Gereja masih memiliki orang-orang yang demikian 2.000 tahun kemudian. Khotbahkan sesuatu yang mereka tidak sukai, bahkan walau hal itu menurut Alkitab, maka mereka akan usahakan untuk menghajar si pendeta. Tentu saja, mereka mungkin tidak berusaha untuk membunuh para pengkhotbah dan yang lainnya yang mereka tidak setujui, tetapi mereka akan memanggang mereka, merebus mereka, dan menggoreng mereka dalam percakapan-percakapan dengan orang lain yang berbagi penyakit rohani yang sama.

Sangat baik jika kita sepenuhnya menyambut baik jangkauan Kitab Suci dan pelajarannya yang diajarkan oleh jemaah Nazaret.