Ayat Inti : “Ia mengenakan keadilan sebagai baju zirah dan ketopong keselamatan ada di kepala-Nya; Ia mengenakan pakaian pembalasan dan menyelubungkan kecemburuan sebagai jubah.” Yesaya 59:17 {ITB}
Banyak orang yang bingung mengenai arti pertobatan. Mereka seringkali mendengar perkataan yang berkali-kali diulang dari atas mimbar, seperti “kamu harus dilahirkan kembali,” atau “kamu harus memiliki hati yang baru.” Perkataan-perkataan ini telah membingungkan mereka sehingga mereka tidak bisa memahami rencana keselamatan.
Doktrin yang salah mengenai perubahan dalam proses pertobatan yang diajarkan oleh beberapa pendeta telah menjadi batu sandungan yang membuat banyak orang terjatuh. Beberapa orang hidup dalam kesedihan selama bertahun-tahun, menanti-nantikan bukti sebagai tanda bahwa mereka diterima oleh Tuhan. Mereka telah memisahkan diri mereka dari dunia dalam banyak hal, dan senang berinteraksi dengan umat Tuhan; namun mereka tidak berani mengakui Kristus karena mereka takut takabur dalam menganggap diri mereka sebagai anak-anak Tuhan. Mereka dibawa untuk menanti sebuah perubahan istimewa yang mereka percayai berhubungan dengan pertobatan.
Setelah beberapa saat orang-orang ini menerima bukti dari penerimaan Tuhan terhadap mereka, kemudian mereka pun dibawa untuk mengidentifikasi diri mereka bersama umat-Nya. Sejak saat ini, mereka pun menganggap diri mereka resmi bertobat. Akan tetapi, mereka sudah diadopsi ke dalam keluarga Tuhan sebelum momen resmi tersebut. Tuhan menerima mereka ketika mereka mulai jemu akan dosa, dan mulai kehilangan nafsu mereka akan kesenangan duniawi, kemudian berketetapan untuk bersungguh-sungguh mencari Tuhan. Sayangnya, mereka kehilangan banyak hak istimewa dan berkat yang bisa mereka tuntut jika mereka percaya karena mereka gagal untuk memahami kesederhanaan dari rencana keselamatan, bahwa ketika mereka pertama kali berbalik kepada Tuhan, Ia pun telah menerima mereka.
Beberapa orang lain jatuh ke dalam kesesatan yang lebih berbahaya. Mereka diatur oleh dorongan hati. Rasa simpati mereka dimunculkan, dan mereka menganggap perasaan ini sebagai sebuah bukti bahwa mereka diterima oleh Tuhan dan sudah bertobat. Akan tetapi, prinsip-prinsip kehidupan mereka tidak berubah. Bukti dari pekerjaan murni dari kasih karunia haruslah ditemukan di dalam kehidupan, bukan di dalam perasaan.