Ayat Inti : “Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan.” Ayub 22:21 {ITB}

Suatu saat, saya menaiki sebuah kapal kecil yang akan membawa kami menyeberangi selat menuju ke pesisir Denmark. Di kapal ini, saya disediakan sebuah kabin berisi dua sofa, dan tertutup oleh tirai-tirai yang tebal – sebuah akomodasi yang sepertinya tidak dibutuhkan untuk sebuah perjalanan di siang hari selama enam jam. Tetapi, kami memiliki kesempatan untuk mengubah pemikiran ini sebelum mencapai daratan. Satu jam pertama kami habiskan di atas dek, di dalam sebuah kabin khusus wanita yang dilengkapi dengan baik dan penuh keceriaan. Cuacanya menyenangkan, laut pun tenang, dan kami berpikir bahwa perjalanan ini akan dapat dinikmati. Akan tetapi sang kapten bergegas melewati kabin dan menghimbau kami untuk merunduk dan berbaring saat itu, karena kami akan melewati ombak yang besar. Meskipun enggan, kami tetap melakukannya. Dalam waktu singkat kapal tersebut mulai tergoncang keras; kami mengalami kesulitan untuk menjaga posisi kami di atas sofa. Saya menjadi sangat tidak enak badan dan dipenuhi keringat, seolah-olah setiap organ di dalam tubuh saya sedang berjuang melawan sebuah penyakit keras yang kemudian dikalahkan oleh mabuk laut yang begitu mengerikan.

Kematian terasa begitu dekat; akan tetapi saya merasa dapat bertahan dengan iman yang kuat berpegang kepada tangan Yesus. Ia yang menahan air di rongga tangan-Nya dapat menjaga kita di dalam badai. Gelombang-gelombang dari kedalaman yang dahsyat pun menaati suara-Nya, “Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!” Ayub 38:11. Saya memikirkan cara Yesus menenangkan ketakutan dari para murid-Nya ketika Ia meredakan angin ribut di Danau Galilea; jadi haruskah saya takut untuk meyakini perlindungan-Nya yang telah memberikan pekerjaan mulia kepada saya? Hati saya berada di dalam damai sejahtera yang sempurna karena hati saya ada pada-Nya. Pelajaran iman yang saya pelajari selama beberapa jam ini amat berharga. Saya telah mengetahui bahwa setiap pencobaan dalam hidup diberikan untuk mengajarkan kepada saya sebuah pelajaran baru agar saya mempercayai Bapa saya yang di sorga, bukan mengandalkan diri saya sendiri. Kita dapat percaya bahwa Tuhan ada bersama kita di setiap tempat, dan pada setiap waktu pencobaan kita akan berpegang teguh kepada tangan yang memiliki segala kuasa.